Penyebab Motor Turun Mesin Apa Saja, ya? Ini Penjelasannya!

Apa penyebab motor turun mesin? Dan, apa artinya? Mengapa banyak pemilik motor yang takut banget jika kendaraannya divonis harus turun mesin?

Turun mesin sering juga disebut dengan overhaul. Untuk melakukannya, pemilik kendaraan, baik motor maupun mobil, harus siap membongkar dompet lantaran hal ini memang biasanya akan memakan biaya cukup banyak. Karena itu, banyak pemilik kendaraan sebisa mungkin menghindarinya.

Apa Artinya Turun Mesin?

Saat motor rusak dan kita bawa ke bengkel, jika parah, bisa saja teknisi akan menyarankan untuk turun mesin atau overhaul. Ini merupakan istilah untuk menyebut aktivitas servis yang memungkinkan teknisi untuk melepas mesin dari sasis kendaraan, agar bisa memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Tidak setiap kerusakan pasti divonis turun mesin. Biasanya, hal ini akan dianjurkan oleh teknisi jika kerusakannya cukup parah, dan berada di bagian terdalam mesin sehingga harus dibongkar.

Biaya untuk perbaikan motor yang harus turun mesin ini cukup lumayan. Kisarannya untuk motor bebek mulai Rp200.000, untuk pemeriksaan, pembongkaran, dan pemasangannya kembali. Harga ini belum termasuk suku cadang yang mungkin harus diganti. Semakin banyak yang rusak, semakin banyak yang harus diganti, dan semakin mahal pula biayanya.

Tak hanya biaya tinggi yang ditakuti oleh para pemilik motor kalau sampai turun mesin. Tetapi juga motor yang sudah pernah turun mesin, harga jual kembalinya juga akan merosot drastis.

Apa Penyebab Motor Turun Mesin?

Sebenarnya, ada ciri-ciri yang bisa cukup terlihat ketika motor harus turun mesin. Misalnya seperti ada asap putih mengepul dari knalpot, sulit starter, mesin cepat sekali panas, sampai hilangnya tenaga meskipun sudah digas sampai dalam.

Ada beberapa penyebab motor turun mesin yang perlu diketahui. Yuk, kita lihat satu per satu.

Sering terkena banjir

Nekat menerobos banjir dengan mengendarai motor sejatinya merupakan hal yang sangat berisiko bagi motor. Pasalnya, air bisa saja masuk ke daam mesin melalui filter udara. Air yang masuk ini kemudian bercampur dengan oli. Air bercampur oli yang kemudian terdistribusi untuk melumasi justru menimbulkan baret pada mesin bagian dalam. Hal inilah yang nantinya bisa menimbulkan masalah besar.

Efek dari masuknya air dan bercampur dengan oli ini memang tidak langsung terasa. Hanya saja, nantinya lama-lama kualitas pelumasan akan berkurang, apalagi kalau sampai muncul karat di dalam  mesin akibat air. Lama-lama stang piston pun bengkok. Untuk memperbaikinya, motor pun harus turun mesin.

Modifikasi mesin

Bagi Anda yang suka memacu kecepatan di jalanan menggunakan motor pasti tak asing lagi dengan bore-up, yaitu modifikasi mesin yang memungkinkan performa motor Anda meningkat. Ada beberapa tahapan bore-up yang biasa dilakukan, mulai dari yang standar hingga ekstrem.

Bore-up standar dilakukan dengan mengganti koil, busi, dan ECU, yang kemudian bisa meningkatkan pengapiannya. Sementara yang ekstrem akan lebih banyak lagi yang dilakukan, termasuk mengubah diameter piston sampai mengganti stang piston untuk memperbesar cc mesin.

Setiap tahap bore-up akan menambah beban mesin dari standar pabrik, sehingga risiko cepat aus juga akan semakin besar, yang kemudian bisa berakhir dengan turun mesin.

Lalai servis rutin

Penyebab motor turun mesin selanjutnya barangkali adalah yang paling ‘mahal’, karena sebenarnya bisa dihindari dengan sangat mudah. Yaitu lalai melakukan servis rutin.

Faktanya, banyak pemilik motor yang bahkan tidak tahu kalau oli harus diganti secara berkala, juga pengecekan bagian motor secara keseluruhan. Ganti oli haruslah dilakukan setiap 2.000 hingga 4.000 km sekali, atau setiap 2 hingga 3 bulan, tergantung mana dulu yang sudah dicapai.

Nah, itu dia penyebab motor turun mesin dan membuat Anda harus merogoh kocek dalam-dalam. Beberapa di antaranya bisa Anda hindari, dengan cara merawat kendaraan dengan lebih cermat. Semoga membantu ya.